Burung Enggang atau Burung Rangkong (bahasa Inggris: Hornbill) adalah
sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa
lingkaran. Biasanya paruhnya itu berwarna terang. Nama ilmiahnya
"Buceros" merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti "tanduk sapi"
dalam Bahasa Yunani. Burung Enggang tergolong dalam kelompok Bucerotidae
yang termasuk 57 spesies. Sembilan spesies daripadanya berasal endemik
di bagian selatan Afrika. Makanannya terutama buah-buahan juga kadal,
kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga. (SUMBER:
http://id.wikipedia.org/wiki/Enggang)
Enggang (Allo, Ruai/Arue sebutan bagi orang dayak) adalah jenis burung
yang ada di pulau Borneo. Burung enggang memiliki ukuran tubuh cukup
besar, yaitu sekitar 100 cm. Ada sekitar 8 jenis burung enggang dengan
warna tubuh perpaduan antara hitam dan putih, sedangkan warna paruhnya
merupakan perpaduan warna kuning, jingga dan merah. Ciri khas dari
burung ini adalah adanya cula paruh (casque) yang tumbuh di atas
paruhnya. Burung yang makanannya buah ara ini mempunyai tingkah laku
bersarang yang khusus. Burung enggang mempunyai kebiasaan hidup
berpasang-pasangan dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik
tersendiri.Pada awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang
terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya
burung betina.kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya
melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai
anak mereka tumbuh menjadi burung muda. Mengapa burung Enggang ini di
jadikan sebagai simbol oleh suku dayak? Burung ini menyimbolkan suku
dayak layaknya burung Merpati menyimbolkan kesucian dan keabadian dalam
keagamaan Kristiani. Karena itu pula, burung enggang ini dijadikan
sebagai contoh kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar
selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak
mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa. Namun
sekarang ini burung enggang merupakan burung langka yang sudah sangat
sulit di temui di hutan borneo, ini dikarenakan pengerusakan hutan
borneo yang terus-menerus terjadi, seperti penebangan hutan baik illegal
logging maupun untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit. Nasib
burung enggang ini sekarang sama seperti nasib suku Dayak di borneo yang
semakin terpinggirkan di tanahnya sendiri. Sekarang burung ini hanya
sebagai simbol dan hanya dapat dilihat dalam suatu rekaman gambar yang
menunjukkan masa kejayaannya dimasa lampau. Burung ini hanya dapat
dilihat sebagai simbol yang dilukiskan berupa motif seperti pada gambar
ini. Kasihan sekali nasib mereka. Sebagian yang tersisa darinya hanya
sebuah gambar dan segelintir bagian paruh dan bulu yang tetap di simpan
rapi oleh masyarakat suku dayak.
Poster : Fatimah
Poster : Fatimah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar